Sabtu, 20 Desember 2014

The Super-Late Post


Jakarta,
7-12-2014
Back Up Clinic,APL Tower

     Udah lama ga ngepost yaa... Maaf deh kebetulan aku sedang bersiap-siap menghadapi beberapa ulangan sehingga, yaah, terkadang lupa aku belum mengisi diary ini.
     Okaay, jadi kita mulai dari kunjunganku sebulan yang lalu, pada tanggal 8 November 2014. Hari itu, aku melakukan foto x-ray dengan brace dan hasilnya, setelah diteliti oleh dr.Natalie, tidak mengalami perubahan apa-apa, alias kurvaku masih tetap 38°. Rasanya sedikit kecewa, tapi dr.Natalie bilang memang tipe skoliosisku inilah yang sedikit membingungkan. Pernahkah aku bilang bahwa tipe skoliosisku ada diantara RT1 dan RT11?Jika tidak, maka itulah yang membuat dr.Natalie sedikit kesulitan menghadapi masalahku. Singkat cerita, dr.Natalie mendiskusikan masalahku dengan dr.Fong dan akhirnya aku ditetapkan memakai brace dengan tipe RT11, karena yang sebelumnya aku pakai adalah RT1. Mengenakan brace dengan tipe RT11, seperti biasa, tetap terasa kaku dan aneh. Namun, ajaibnya, setelah dr.Natalie mengukur kemiringan tulang belakangku dengan Scoliometer (skoliosis juga ada alat pengukurnya loh!), kemiringannya berkurang drastis dari skala 10 ke 5, alhamdulillah... Akhirnya, dr.Natalie menemukan tipe yang cocok denganku.
     Nah, hari ini, setelah genap 1 bulan dari kunjungan terakhirku, aku kembali ke Back Up Clinic. dr.Natalie kembali melakukan berbagai macam pemeriksaan, dan hasilnya ternyata tidak bisa dibilang menggembirakan. Tulang belakangku kembali tidak mengalami perubahan. Walau menurut dr.Natalie kurvanya pasti turun, namun rotasi yang kupunya tidak bisa dibilang membaik. Bahuku tetap tinggi sebelah. Akhirnya, dr.Natalie memberiku bantalan di kaki kanan setebal 6mm, jadi aku harus memakai bantalan itu selama aku memakai brace. Tambahan lagi, dr.Natalie mengganti tipe brace ku dengan memodifikasi tipe braceku. Yah, aku memang jauh lebih nyaman dengan tipe brace ku yang baru.
     Setelah itu, aku harus menjalani fisioterapi bulan depan, dikunjunganku berikutnya. Dan, berhubung besok aku ulangan, maka aku tidak bisa terlalu.lama bercerita disini. Tunggu postinganku berikutnya, ya!:)

-puterica

Rabu, 05 November 2014

My New SpineCor


Jakarta,
2-11-2014
BackUp Clinic, APL Tower.

     Finally, BackUp Clinic! Jadi, beritanya adalah, postingan ini kubuat dengan SpineCor. Yap, aku sudah pakai itu. Rasanya agak aneh, seperti ditarik dan ditekan dari berbagai arah. Tapi, secara keseluruhan, ini jauh lebih baik dari fiber-brace (brace plastik) yang jika mendengar cerita mereka yang mengenakan amat sangat kaku. Sejujurnya, tidak ada yang sakit atau sangat risih. Selain sangat ketat, brace ini cukup nyaman. Mungkin pada awalnya saja aku merasa sedikit risih. Beberapa jam kemudian aku bahkan sudah lupa pada sensasi baru itu.
     Aku sebenarnya sudah dari kemarin di Jakarta sini. Kami berangkat dari bandung pukul 3 dinihari dan sampai di lokasi pukul 7. BackUp Clinic ada di lt.25 APL Tower, Podomoro City. Sesampainya di klinik, kami duduk dan menunggu kedatangan dr.Natalie. Ya, aku memilih dr.Natalie sebagai dokterku. Mengapa? Karena kami sama-sama perempuan, mungkin jauh lebih nyaman bagiku untuk disentuh olehnya. Semua orang yang ada di BackUp Clinic adalah orang-orang yang ramah, selalu tersenyum dan melayani pertanyaan-pertanyaan kami dengan baik. Suster-suster disana, (ya mereka juga punya suster), sangatlah baik dan berperan sebagai penerjemah karena dokter-dokter disini bukan orang Indonesia.
     Setelah menyerahkan foto X-ray tulangku untuk dianalisis, aku dengan ditemani orangtua dan dua adikku menunggu selama beberapa menit. Setelah itu, suster tersebut memanggilku untuk masuk. Aku masuk bersama Ibu. Di ruangan, kami disambut dr.Natalie yang ternyata sangat ramah. Segera setelah aku duduk beliau menanyaiku tentang skoliosisku. Aku berusaha menjawab sebaik mungkin. Aku mengungkapkan bahwa aku sering sesak napas, terlalu gampang lelah, dan bahuku sering sakit. dr.Natalie mencatat semua keluhanku di kertas. Lalu, kamipun beralih pada hasil analisa dr.Natalie.
     Foto x-ray ku 'terpajang' indah dengan coretan-coretan tangan dr.Natalie. Bisa dilihat dengan jelas tulangku sudah melengkung dengan kurva 37°. dr.Natalie mulai menjelaskan bahwa tulangku ini sudah sedikit parah. Apalagi ditambah dengan adanya rotasi atau perputaran pada tulangku itu. Jadi, tulangku yang ada dibawah lengkungan mengalami perputaran ke kanan sementara yang atas ke kiri. Itulah sebabnya mengapa aku sering sesak napas. Perputaran itu menyebabkan rusukku mendesak bagian depan dan menyebabkan organ dalamku terdesak. Sayangnya, foto x-ray tulangku kemarin tidak dilengkapi dengan foto pinggul dan leherku sehingga dr.Natalie belum bisa memastikan analisa yang benar. Singkatnya, aku harus difoto lagi. Dan kali ini, BackUp Clinic merujukku ke Rs.PIK. Jadilah kami harus pergi kesana.
     Oh iya, sebelum itu, dr.Natalie berkata padaku bahwa penyembuhan skoliosis hanya ada dua secara medis. Yaitu bracing, bagi pasien dengan kurva dibawah 40° dan operasi bagi pasien dengan kurva diatas 40°. Karena kurvaku ada di bawah 40°,maka dr.Natalie menyetujui keingananku memakai brace.
     Setelah itu, dr.Natalie menandai beberapa bagian di punggungku dengan spidol. Setelah itu aku diukur dengan pita ukur untuk menentukan ukuran SpineCor apa yang akan aku pakai. Lalu, sebelum usai, dr.Natalie memberiku nasihat.
     "SpineCor, sekalipun soft-brace, tetaplah brace untuk menahan badan kamu. Dan, belum pernah saya dengar ada scolioser yang bilang pakai brace itu enak. Tapi ini adalah satu-satunya kesempatan kamu. Dan sekali kamu mulai, maka kamu akan berjalan sampai akhir. Selama 18 bulan ini, saya akan memantau perkembangan kamu. Kalau pesat, kamu boleh lepas. Kalau tidak, kita bisa lanjut beberapa waktu sampai tulang kamu berhenti tumbuh. Kamu tidak bisa berbohong, saya tau mana yang pakai brace mana yang tidak. Jadi, jika kita kontrol sebulan sekali nanti, saya bisa tau seperti apa kamu memakai brace-nya. Kalau kamu setuju, kita bisa mulai besok seperti yang kamu mau. Ingat, ini badan kamu, jadi ini keputusan kamu. Tidak ada yang bisa menjaga badan kamu sebaik kamu sendiri." begitu kata dr.Natalie. Tekadku untuk mengoreksi tulangku ini sudah benar-benar bulat, jadi aku menyetujuinya. Setelah make a deal dengan dr.Natalie, aku dan keluargakupun berangkat untuk dirontgen di Rs.PIK.
     Di Rs.PIK tersebut, aku segera pergi ke bagian radiologi. Setelah dirontgen, aku menunggu hasilnya selama 45 menit, setelah itu kami pergi ke rumah saudara kami untuk  menginap disana. Terlalu jauh untuk bulak-balik Bandung-Jakarta. Rasanya tak sabar menunggu besok untuk mengetahui hasil rontgen baruku.
     Keesokan harinya, aku berangkat dari Bekasi (rumah saudaraku tersebut) pukul 8 ke BackUp Clinic karena dr.Natalie menungguku jam 9. Kami sampai sedikit telat disana. Namun, setelah menunggu beberapa saat sambil menunggu hasil foto x-ray ku kembali di analisis, aku pun dipanggil masuk.
     Sekali lagi, foto x-ray ku sudah dicoret-coret. "Untuk remaja yang sedang tumbuh, dan dengan jarak 3 minggu sejak foto terakhir diambil, ini adalah hasil yang bagus. Kurva kamu hanya naik 1°, sekarang 38°." kata dr.Natalie. Fiuh...Lega sekali. Mungkin itu karena aku selalu tidur di kasur keras sejak ditetapkan sebagai scolioser. Tapi... "Kita hanya punya sedikit waktu untuk membenarkan tulang kamu ini. 38° hanya beda 2° dari 40. Jadi, karena keputusan kamu untuk memakai brace ini kelihatannya sudah bulat, saya akan memasangkan brace ini sekarang."
Yeay! Bracing mulaaai!
     SpineCor terdiri dari potongan-potongan kain putih yang disambung-sambung sesuai kebutuhan scolioser. Sebelum dipasang brace, aku dikenai tes macam-macam. Ternyata, tes itu bertujuan untuk menetapkan di tipe skoliosis apakah aku ini. Ya, skoliosis juga ada tipe-nya loh! Agak lama aku berdiri, ternyata dr.Natalie kebingungan menempatkan di tipe apakah aku. Akhirnya, dr.Natalie bilang aku ada diantara RT1 dan RT11. Apa itu RT, aku tak tau=D. Dan bracing pun dimulai. dr.Natalie mulai memasangkan SpineCor itu padaku. Menarik bagian-bagian dari tubuhku yang dianggap miring. Kelihatannya dr.Natalie sedikit bingung karena sering sekali ia  terdengar menggerutu dan gemas terhadap SpineCor itu. Terakhir, ia bilang "I'm gonna kill this brace," dan dengan gemas melepas kancing SpineCor-ku yang lagi-lagi salah ditempatkan. Setelah beberapa saat, akhirnya brace tersebut mengikat erat tubuhku. Rasanya sedikit aneh. Tentu saja, ini kali pertamaku memakai SpineCor. Bahkan untuk duduk pun aku masih canggung karena tidak seperti brace-brace lainnya, SpineCor membelitku dari bagian bahu sampai paha. Gunanya agar membantu pinggulku sejajar dengan bahu. Kemajuanku yang langsung terlihat adalah tinggiku yang naik 2 cm. Mungkin, tulangku sudah sedikit bergeser.
     SpineCor ini benar-benar tidak terlihat dari balik baju. Kecuali, jika seseorang memegang bahu atau pinggangku, mereka akan merasakan suatu benda yang keras. Tapi, sejauh ini, tidak ada yang membuatku minder. Benar-benar menyenangkan, sembuh tanpa menarik perhatian. dr.Natalie memintaku untuk kontrol seminggu kemudian. Aku harus dirontgen lagi agar kemajuanku dengan SpineCor bisa dilihat. Jadi, aku menunggu Minggu besok, untuk melihat sampai mana kemajuanku. Doakan aku, ya!

p.s. : maaf untuk keterlambatan postingan ini, blog ini sempat mengalami gangguan, entah apa:( Terimakasih sudah membaca!

-puterica.

Selasa, 28 Oktober 2014

I'm Scolioser!


Bandung
28 Oktober 2014.

     Sudah genap tiga minggu setelah aku divonis sebagai scolioser, orang yang memiliki kelainan skoliosis. Skoliosis adalah kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan tulang melengkung ke kanan atau ke kiri. Takut? Tidak juga. Tidak ada yang aku khawatirkan sejauh ini. Skoliosis-ku belum membawa perubahan jauh terhadap fisik. Selain sedikit bungkuk, aku tidak mengalami perubahan apapun yang bisa disadari orang-orang yang melihatku. Hasil foto rontgen-ku, dan keadaan punggungku jika aku tidak memakai pakaian adalah satu-satunya bukti nyata bahwa aku scolioser. Aku tidak mungkin membawa-bawa foto rontgen-ku kemanapun aku pergi, dan aku lebih tidak mungkin lagi bekeliaran tanpa pakaian, jadi hanya segelintir orang terdekatku yang tau.
     Aku memulai postinganku di blog ini karena aku ingin berbagi pengalaman. Tidak ada yang perlu ditakuti dari kelainan ini. Skoliosis bisa dikoreksi. Dan dengan tekad, skoliosis ini akan segera lenyap.
     Dokter yang memeriksaku mengatakan bahwa skoliosisku sudah 'agak jauh'. Entah apa maksudnya aku tidak tau, karena kurva kelengkunganku tidak dihitung waktu itu. Jadi, entahlah. Dokter mengatakan aku harus memakai penyangga agar tulangku bisa dipaksa lurus. Dalam usiaku yang masih 14 tahun, tulangku masih dapat tumbuh sehingga skoliosisku bisa dikoreksi.
     Brace, atau penyangga tulang pada tahun-tahun yang dulu terbuat dari plastik dan membuat scolioser yang memakainya terlihat seperti robot. Syukurlah, divonisnya aku sebagai scolioser terjadi setelah adanya harapan baru bagi scolioser! Apa itu? SpineCor! SpineCor ini adalah soft brace terbaru yang dibuat dari karet elastis dan bentuknya seperti baju renang. Fungsinya kurang lebih sama seperti brace-brace yang lama, tapi menurut dokter, SpineCor ini jauh lebih membantu. Harga SpineCor tidaklah se'murah' brace-brace lain. Bisa dibilang, harganya terbilang spektakuler untuk hanya sepotong baju karet. Berita terakhir dari hasil googling-ku, harga SpineCor ini mencapai Rp. 30.000.000! Dan biayanya berbeda-beda untuk setiap pasien. Yah, untukku yang terlahir dari keluarga sederhana, harga ini terbilang mahal. Namun, orang tuaku bilang, apapun akan mereka usahakan demi kesehatanku. Mmmm... Jadi terharu nih:^
     SpineCor sudah ada di beberapa daerah di Indonesia, namun hanya beberapa yang terpercaya karena pemasangan SpineCor ini tidak bisa sembarangan. Ayah dan Ibuku berencana akan membawaku ke Jakarta, yaitu ke BackUp Clinic yang memang sudah terkenal akan kepiawaian mereka dalam menangani masalah skoliosis. Masalah pemasangannya, aku belum begitu mengerti karena belum kesana. Jadi, untuk teman-teman scolioser yang mau lihat hasil dari SpineCor ini bisa dilihat di Google, kok. Dan Insyaa Allah, aku akan mulai postingan berikutnya tentang pemakaian SpineCor ini minggu depan.
     Ngomong-ngomong, sebelum aku pakai SpineCor ini, orangtuaku melakukan beberapa pencegahan umum agar tulangku tidak semakin melengkung. Misalnya saja, sekarang aku diharuskan tidur di kasur yang keras dalam posisi telentang dan tidak memakai bantal atau guling. Kenapa? Pertama, kasur yang empuk tidak sanggup menahan tulang punggung kita agar tetap lurus. Kedua, jika biasanya kita tidur dengan memeluk guling, maka kita akan berguling kemana-mana. Ya namanya juga guling, kalau dipeluk langsung berguling, hehehe... Posisi tidur kita saat berbaring menyamping juga salah satu faktor penyebab skoliosis loh! Bayangkan deh, 8 jam kita tidur, 8 jam pula tubuh kita dibiarkan melengkung. Sementara jika kita tidur telentang di kasur yang keras tanpa bantal dan guling, risiko kita untuk berguling dengan posisi tubuh yang tidak benar akan lebih kecil, dan 8 jam tidur tidak akan membuat tulang belakang kita menderita. Awalnya, sih, memang sakit, tapi lama kelamaan terbiasa juga kok. Malahan, kita tidak bisa lagi tidur di kasur empuk setelah itu. Kalau kata dokterku, kasur yang keras itu kasur yang benar. Gak percaya? Coba deh cek ke beberapa tempat produksi kasur. Kasur yang mahal, adalah kasur yang per-nya keras. Jadi kasur yang keras lah kasur yang benar=D
     Selain itu, aku juga harus menulis dengan punggung menempel pada sandaran kursi dan perut hampir menempel pada meja. Gunanya agar badanku tidak bergerak menyamping saat menulis. Ngaku aja deh, kalian juga kalau nulis miring,kan?:p Next! SANGAT DILARANG MEMBAWA BARANG BERAT! Anak-anak sekolah biasanya membawa buku-buku yang beratnya hampir sama seperti berat badan sendiri. Apalagi anak-anak sekolah yang belum menggunakan Kurikulum 2013. Nah, hal itu sangat dilarang. WHO menetapkan berat backpack atau ransel adalah 15% dari berat badan kita. Jika kalian membawa banya barang sebaiknya pindahkan sedikit ke tas jinjing. Kendala dari masalah backpack ini adalah kebanyakan pihak sekolah tidak menyediakan loker untuk siswa, sehingga siswa harus membawa semua buku pelajaran mereka dalam tas. Padahal, kan, kebanyakan buku paket sekolah tebal-tebal, tuh...
     Sekarang, aku mulai memakai tas jinjing dan membawa buku seperlunya saja. Memakai tas jinjing memang jauh lebih efektif karena bebannya bisa dialihkan ke salah satu tangan. Jika tangan kiri capek, bisa ganti tangan kanan. Sementara backpack, bebannya tidak bisa dialihkan sehingga seluruh beban tertumpu pada bahu dan bagian tulang belakang. Selain itu, aku makin serius dalam kursus berenang dan pilates-ku. Berenang dan pilates sangat membantu dalam hal meluruskan tulang belakangku ini. Tidak ada gaya khusus dalam berenang, namun berenang ini harus dilakukan dengan serius dan benar, tidak bisa sembarangan saja, loh. Untuk pilates, aku mengikuti kelas khusus agar senam ini benar-benar terfokus pada proses pemulihan tulang belakangku.
     Nah, proses selanjutnya tinggal menunggu kunjungan ke BackUp Clinic, deh! Tunggu postinganku berikutnya, ya! See you later:)


-puterica.